Yogyakarta - Dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha 1446 H atau tahun 2025. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melakukan proses tradisi upacara adat numplak wajik. Bertempat di Panti Pareden, Kompleks Magangan, Rabu (4/6)
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi memimpin jalannya upacara adat numplak wajik ini. Inti dari upacara numplak wajik adalah proses menuang seluruh adonan wajik di salah satu gunungan dengan cara membalikkan wadahnya.
Proses merangkai pareden (gunungan) sebagai simbul sedekah seorang raja kepada rakyat, diawali dengan prosesi Numplak Wajik. Hal itu juga dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dalam rangkaian menyambut Garebeg Besar untuk memperingati Idul Adha 1446 Hijriyah.
Biasanya, proses ini dilakukan tiga hari sebelum acara Garebeg Besar dilaksanakan. Ada enam gunungan yang akan dibagikan kepada masyarakat saat Garebeg Besar memperingati Hari Raya Idul Adha, Sabtu (7/6) nanti.
Lima gunungan dibagikan di Masjid Gede Kauman dan satu gunungan di Pura Pakualaman. Sedangkan di komplek Kepatihan dan Ndalem Mangkubumen yang dibagikan hanya uba rampe saja.
Gunungan yang dibuat itu merupakan simbol pemberian Ngarsa Dalem atau Raja Keraton Jogja Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk masyarakat. Gunungan berisi uba rampe itu dibagikan ke masyarakat dengan cara dirayah.